Memakai notebook
dengan prosesor AMD? Masih banyak pengguna PC yang ragu memakai
prosesor yang satu ini. Ada beberapa “mitos” yang membuat prosesor AMD
dianggap kurang baik. Akan tetapi, apakah “mitos” tersebut benar adanya?
Mari kita bahas satu-persatu.
Panas
Ya,
ini hal pertama yang akan dibicarakan banyak orang. Prosesor AMD itu
panas. Asumsi ini berasal dari masa lalu. Dahulu, di masa awal maraknya
prosesor AMD diperkenalkan ke pasaran, memang prosesor ini cenderung
panas. Sebenarnya, panas ini diakibatkan proses produksi yang kalah
kecil dengan pesaingnya. Selain itu, teknologi pendinginan di masa itu
masih tergolong kurang baik.
Seiring waktu, AMD berhasil memperbaiki kondisi ini. Bahkan, prosesor Athlon64 (64-bit) versi awal adalah prosesor yang sudah sangat dingin. Kemajuan proses manufaktur yang disertai dengan teknologi cool and quiet di
kisaran 2003 akhir, membuat AMD menjadi salah satu prosesor yang paling
dingin. Sayangnya, kondisi ini tidak disadari oleh banyak orang.
Saat ini, AMD mampu menawarkan prosesor yang sama dinginnya dengan pesaingnya. Acer
Aspire 4552 yang menggunakan prosesor AMD bisa bekerja (full) dengan
suhu kisaran 40-55 C. Dalam kondisi ini, tidak ada rasa panas yang
mengganggu di permukaan keyboard maupun di bagian bawah. Mengapa
demikian? Karena metode pendinginan dan teknologi yang digunakan AMD
sudah mampu mengatasi suhu yang berlebihan. Jadi, mitos soal suhu tinggi
pada prosesor AMD ini secara resmi kami nyatakan tidak benar.
Lamban
Sebagai “pemain baru” di dunia CPU
(jika dibandingkan dengan para pesaingnya), wajar jika di masa awal
hadirnya prosesor AMD belum mampu bersaing dalam hal performa. Akan
tetapi, ini terjadi di tahun 90-an. Saat AMD berhasil menghadirkan seri
prosesor Athlon, keadaan menjadi berubah. Prosesor Athlon pertama yang
diluncurkan AMD di tahun 1999 ini berhasil menggemparkan dunia karena
arsitektur yang canggih dan kecepatannya serta kestabilannya.
Saat
ini, prosesor AMD bahkan sudah digunakan di dalam server-server besar
untuk kalangan korporat. Hal yang tidak aneh, mengingat arsitektur AMD Athlon
pertama memang berasal dari perusahaan yang memroduksi server kelas
enterprise. Teknologi seperti SSE dan MMX pun berhasil diperoleh AMD dan
digunakan pada prosesor terkininya. Selain itu, fitur modern seperti
pengendali memori terintegrasi pun sudah dimilikinya. Melihat
kenyataan-kenyataan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa mitos
“prosesor AMD lamban” juga tidak benar.
Tidak Kompatibel
Prosesor AMD yang digunakan pada PC (desktop
dan notebook) mengacu pada sebuah standar yang sama dengan prosesor PC
lainnya, yaitu x86. Jadi, masalah kompatibilitas seharusnya tidak muncul
sama sekali. Dan pada kenyataannya, memang tidak ada. Anda bisa
menggunakan beragam aplikasi yang umum dipakai, pada sistem yang
menggunakan prosesor AMD.
Berhubung AMD sekarang memegang market share prosesor (dunia) di kisaran 20%, tentunya tidak ada perusahaan software
yang akan membuat software-nya tidak kompatibel dengan AMD, bukan?
Selain itu, melihat banyak perusahaan yang mengandalkan AMD sebagai
“motor” server korporatnya, ini berarti AMD dianggap sudah siap untuk
beradaptasi terhadap beragam kondisi. Pada akhirnya, Anda bisa menalar
sendiri apakah mitos ini benar atau tidak, bukan?
Image yang Tepat: Kencang dan Terjangkau
Sejak
lama, AMD berusaha menawarkan prosesor alternatif yang memiliki
performa tinggi namun harga lebih terjangkau. Semua ini berhasil
dicapainya sejak hadirnya Athlon. 11 tahun setelah Athlon pertama hadir
di pasaran, AMD tetap konsisten dengan ide ini. Bahkan, untuk desktop PC
ekonomis, AMD sebenarnya beberapa tahun terakhir ini sudah menjadi
pilihan yang amat digemari. Teknologi tinggi dan harga total sistem yang
terjangkau menjadi daya tarik utamanya.
Acer Aspire 4552: Pas untuk Pelajar
Notebook
yang satu ini ditawarkan dengan harga sangat terjangkau. Versi non-OS
bisa Anda “pinang” dengan dana 3 jutaan saja. Mengapa bisa demikian?
Apakah Acer memangkas performanya? Tidak. Acer memanfaatkan prosesor dan
sistem AMD pada notebook ini. Prosesor yang handal dan dilengkapi
sistem grafis bertenaga membuatnya hadir bersaing dengan notebook yang
harganya bisa mencapai 1 juta rupiah lebih mahal.
Performa tinggi: Pelajar
masa kini membutuhkan performa tinggi untuk aplikasi sehari-harinya
seperti mengedit foto, mengerjakan tugas, membuat presentasi, dan banyak
hal lain. Aspire 4552 hadir dengan prosesor AMD Athlon P340 dual core
2,2 GHz. Prosesor ini sudah dilengkapi dengan pengendali memori
terintegrasi dan DDR3 yang membuatnya memiliki performa tinggi.
Baterai: Daya
tahan baterai kian menjadi kebutuhan. Pelajar akan membutuhkan daya
tahan baterai setidaknya 3 jam untuk dapat mencatat dalam sebuah kuliah.
Aspire 4552 menawarkan daya tahan hingga 4 jam lebih. Perpaduan
teknologi penghematan daya AMD dan Acer memungkinkan ini dilakukan pada
notebook yang terjangkau.
Gaming: Masa
muda tentunya dipenuhi dengan keceriaan. Bermain game adalah salah satu
sarana rekreasi anak muda dan pelajar masa kini. Acer Aspire 4552 yang
dilengkapi dengan sistem grafis ATI Radeon HD 4250, mampu menampung
aspirasi ini. Game seperti Left4Dead, The Sims, Counter Strike, dan
sejenisnya, bisa dimainkan dengan Aspire 4552.
Pada
akhirnya, Aspire 4552 dengan prosesor AMD menjadi pilihan yang sangat
tepat untuk pelajar/mahasiswa yang membutuhkan notebook berperforma
tinggi dan ekonomis. Punah sudah masa-masa di mana notebook pelajar
adalah notebook murah yang “lemot” dengan daya tahan baterai rendah.
Sumber